May
22

Ada lebih dari 11 miliar sampah plastik di terumbu karang di seluruh Asia-Pasifik, menurut penelitian baru kami. Penelitian kami juga menemukan bahwa kontak dengan plastik bisa menjadikan karang 20 kali lebih rentan terhadap serangan penyakit.

Dalam studi kami, dimuat dalam jurnal Science, kami meneliti lebih dari 124.000 karang pembangun terumbu (reef-building corals) dan mendapati bahwa 89% karang dengan plastik tertambat menunjukkan tanda-tanda visual penyakit—ini kenaikan drastis dibandingkan 4% peluang karang terserang penyakit jika tanpa plastik.

Secara global, lebih dari 275 juta orang hidup dalam bentangan 30km terumbu karang. Mereka mengandalkan ekosistem itu untuk mendapatkan makanan, melakukan perlindungan kawasan pantai, pemasukan dari pariwisata, dan nilai budaya.

Terumbu karang sudah menanggung tekanan dari perubahan iklim dan kejadian-kejadian pemutihan besar-besaran. Temuan-temuan kami menunjukkan ancaman signifikan lain terhadap karang-karang terbesar di dunia dan ekosistem serta kehidupan yang ditopangnya.

Bekerja sama dengan banyak ahli dan penyurvei bawah air di Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Australia, kami menghimpun data dari 159 terumbu karang antara tahun 2010 dan 2014. Dengan melakukan itu, kami menghimpun salah satu set data paling ekstensif tentang kesehatan karang di kawasan tersebut dan tingkat sampah plastik pada tataran global.

Terdapat kesenjangan besar antara perkiraan global sampah plastik yang masuk ke lautan dan jumlah yang tersapu ke pantai atau didapati mengapung di permukaan.

Penelitian kami memberikan salah satu perkiraan paling komprehensif tentang sampah plastik di dasar laut, dan dampaknya terhadap salah satu ekosistem paling penting di dunia tersebut.

Jumlah benda-benda plastik yang tersangkut di terumbu sangat bervariasi di kawasan-kawasan berbeda yang kami survei—dengan tingkat yang terendah dijumpai di Australia dan yang tertinggi di Indonesia.

Sekitar 80% sampah plastik laut berasal dari daratan. Variasi plastik yang kami amati di terumbu selama survei berkaitan dengan perkiraan tingkat sampah plastik yang memasuki lautan dari pantai terdekat. Sepertiga terumbu yang kami survei tidak memiliki sampah plastik yang tertinggal, akan tetapi selebihnya mempunyai lebih dari 26 serpihan-serpihan sampah plastik per 100 meter persegi.

Kami memperkirakan ada sekitar 11,1 miliar benda-benda plastik di terumbu karang di seluruh Asia-Pasifik. Lebih dari itu, kami memperkirakan angka ini akan meningkat 40% dalam tujuh tahun ke depan—setara dengan sekitar 15,7 miliar benda-benda plastik pada tahun 2025.

Peningkatan ini lebih cepat terjadi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri. Menurut proyeksi kami, antara tahun 2010 dan 2025 jumlah sampah plastik di terumbu karang Australia hanya akan meningkat sekitar 1%, sedangkan di Myanmar akan meningkat dua kali lipatnya.

Bagaimana sampah plastik bisa menyebabkan penyakit?

Meskipun mekanismenya belum jelas, pengaruh serpihan sampah plastik terhadap perkembangan penyakit mungkin berbeda-beda di antara tiga penyakit global yang kami amati peningkatannya dengan mempertimbangkan faktor plastik.

Sampah plastik bisa melukai jaringan karang, berpotensi membiarkan masuk patogen-patogen seperti Halofolliculina corallasia, mikroba yang menyebabkan penyakit skeletal eroding band.

Serpihan sampah plastik juga bisa menimbulkan patogen secara langsung. Polivinil klorida (PVC)—plastik yang sangat lazim digunakan dalam mainan anak-anak, bahan-bahan bangunan seperti pipa, dan banyak produk lainnya—didapati membawa sebuah famili bakteri yang disebut Rhodobacterales. Bakteri ini berkaitan dengan bermacam-macam penyakit karang.

Begitu pula, polipropilena—yang yang dipakai untuk membuat tutup botol dan sikat gigi—bisa dikolonisasi oleh Vibrio, sebuah patogen potensial yang terkait dengan sekolompok penyakit karang yang merusak secara global yang disebut sindrom putih.

Akhirnya, sampah plastik menutupi permukaan karang dan bisa menghalangi sinar. Ini menciptakan kondisi rendah oksigen yang mendukung pertumbuhan berbagai mikroorganisme yang terkait dengan penyakit pita hitam (black band disease).

Karang berstruktur kompleks berpeluang delapan kali lebih besar terpengaruh oleh plastik, terutama spesies bercabang dan berbentuk meja. Hal ini berpotensi membahayakan banyak spesies laut yang berlindung di bawah atau di dalam karang-karang tersebut, dan pada akhirnya merugikan perikanan yang bertumpu pada ekosistem ini.

Studi kami menunjukkan bahwa mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke laut bisa mencegah secara langsung penyakit dan kematian karang.

Begitu karang sudah terinfeksi, secara logistik sulit mengatasi penyakit yang ditimbulkan. Sejauh ini cara paling mudah menangani masalah tersebut adalah dengan mengurangi jumlah plastik salah urus yang sampai ke lautan.

Di Sulawesi, Indonesia kegiatan ini sudah mulai dilakukan dengan melibatkan anak-anak sekolah seperti di Kepulauan Spermonde dan Selayar. Warga desa melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan pantai untuk mencegah plastik ke laut.

Sumber berita: The Conversation